Sabtu, 05 Desember 2015

ELIMINASI

Pengertian Sistem Urinaria
     Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1.      GINJAL



            Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
            Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
            Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

            Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1.      Kulit Ginjal (Korteks)
            Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2.      Sumsum Ginjal (Medula)
            Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3.      Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
            Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

Fungsi Ginjal :
·         Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
·         Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
·         keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
·         Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1.      Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine.
2.      Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.
3.      Tes konsentrasi
              Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.

Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah

            Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.


Persyarafan Ginjal
            Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2.      URETER

            Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :
ü  Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
ü  Lapisan tengah otot polos
ü  Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
ü  Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

            Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
            Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3.      VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )


            Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :
o   Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
o   Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
o   Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
            Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
            Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
            Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
            Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
v  Uretra Prostaria
v  Uretra membranosa
v  Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
            Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Urine (Air Kemih)
1.      Sifat – sifat air kemih
§  Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
§  Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
§  Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.

Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Barat jenis 1.015 – 1.020.
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih :
·         Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
·         Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
·         Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
·         Pigmen (bilirubin, urobilin)
·         Toksin
·         Hormon
2.      Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
3.      Tahap – tahap Pembentukan Urine
a.       Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b.      Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c.       Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4.      Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5.      Ciri – ciri Urine Normal
            Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

ANATOMI KULIT
            Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasar :
1.      Warna :
o    terang (fair skin), pirang, dan hitam
o    merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o    hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa

2.      Jenisnya :
o    Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
o    Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o    Tipis : pada wajah
o    Lembut : pada leher dan badan

Anatomi kulit secara histopatologik
1.      Lapisan Epidermis (kutikel)

o    Stratum Korneum (lapisan tanduk)
          lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
o    Stratum Lusidum 
          terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
o    Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
          merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
o    Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
          terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
o    Stratum Basalis
          terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif. 
o    Sel kolumnar
protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.

o    Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)

2.      Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)

     terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

o    Pars Papilare
          bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
o    Pars Retikulare
          bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3.      Lapisan Subkutis (hipodermis)

     lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis).
Adneksa Kulit
1.      Kelenjar Kulit => terdapat pada lapisan dermis

o       Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.
o    Kelenjar Ekrin
    Kecil – kecil , terletak dangkal di dermis dengan secret encer. Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
o    Kelenjar Apokrin
    Lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental. Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
o    Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
2.      Kuku => bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Pertumbuhannya 1mm per minggu. 

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhVbSFrUSb7d6Jj6NmuHQLTu1SUkUQNG5qZ2ryiAbibPje3BNwPZicEBuv_zQRZGIGpCDuzaaVySlI2OlTsOe5d2hJKD3Frn-7ziKWDrDMql9UDxFUaZ8_eHs8OXDtTBFCBNA6t6T-zZ-1/s1600/kuku.jpg

o    Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
o    Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.
o    Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk alur kuku
o    Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
o    Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas
3.      Rambut :
o    Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit
o    Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut :
o    Lanugo => rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
o    Rambut terminal => rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa.
     Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
     Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) b erlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. D antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu saat 85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
     Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.

FUNGSI KULIT
1.      Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
o    fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o    kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o    panas : radiasi, sengatan sinar UV
o    infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :
o   Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit)
o   Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o   Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o   Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.
2.      Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3.      Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4.      Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o    Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o    Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o    Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o    Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o    Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5.      Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
6.      Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7.      Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8.      Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.

PROSES ELIMINASI SISA METABOLISME
            Eliminasi adalah proses pembuangan sisia metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali za-zat yang sudahdisaring pada glomerolus dan sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal. Urine yang berasal dari darah dibawa oleh arteri renalis masuk ke dalam ginjal. Langkah pertama proses pembentukan urine adalah ultrafiltrasi darah/plasma dalam kapiler glomerolus berupa air dan kristaloid, selanjutnya didalam tubuli ginjal disempurnakan dengan proses reabsorsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam darah, selanjutnya proses sekresi dikeluarkan melalui urine. Proses ini terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah setiap manit ±1200 ml darah yang terdiri atas 450 ml sel darah dan 600 ml plasma, masuk ke dalam kapiler glomerolus. Untuk proses filtrasi diperlukan tekanan filtrasi untuk mendapatkan hasil akhir.

 Tekanan yang menyebabkan filtrasi :
Merupakan hasil kerja jantung. Tekanan hidrostatik kapiler glomerolus ±50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong air dan garam-garam melalui glomerolus. Kapiler glomerolus secara relative bersifat permeable terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh disebut tekanan hidrostatik.
Gerakan masuk kedalam kapsula Bowman disebut sebagai filtrasi Glomerolus sedangkan material yang masuk kedalam kapsula Bowman disebut filtrat. Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi adalah sebagai berikut :
a. Tekanan Osmotik (TO) dari filtrasi kapsula bowman :
tekana yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membaran semi perbeabel sebagai usaha untuk menembus membrane kedalam area yang mengandung lebih banya molekul yang tidak dapat melewati membrane.
b. Tekanan hidrostatik (TH) :
Tekanan yang dihasilkan dengan adanya filtrasi dalam kapsula bowman sama-sama mempercepat gerakan air. Dalam molekul perbmeabel dari kapsula bowman kembali kedalam kapiler.
c. Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) :
Laju dimanan filtrasi dibentuk, jumlah pembentukan filtrasi permenit adalah 125 ml. faktor klinis utama yang mempengarui LFG adalah tekanan hidrostatik dan tekakan osmotic.

 Tekanan Yang melawan filtrasi
            Tekanan hidrostatik cairan didalam kapsul bowman adalah sebesar ±5 mmHg, sedangkan tekanan osmotic koloid protein ±30 mmHg yang cenderung menarik air dan garam kedalam pembuluh kapiler. Transport aktif melibatkan ikatan molekul substansi yang selanjutnya akan menggerakan molekul dari satru membrane sisi yang lain terhadap gradient konsentrasi substansi tersebut dan membantu molekul bergerak kearah yang berlawanan denga arah yang seharusnya oleh difusi sederhana.
Cairan menurunkan konsentrasi dari tipe molekul yang ditransportasi. Penurunan konsentrasi memungkinkan molekul-molekul tersebut untuk berdidfusi dari urine ke dalam sel tubulus, selanjutnya keluar dari sel dan memasuki carian peritubuler. Peningkatan ini merangsang difusi molekul dalam kapiler didalam nefron. Dan transper aktif untuk membuang molekul-molekul dari filtrate (urine) kembali ke aliran darah.
Transfer aktif natrium bertanggung jawab terhadap reabsorsi osmotic air dari filtrate, baik dari tubulus proksimal maupun di tubulus distal. Ion natrium secara aktif ditransport keluar sel dan kedalam cairan peritubular yang lebih tinggi dari yang terdapat pada cairan sel atau tubulus
 Tekanan Akhir
            Menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama dengan filtrasi aktif (50-30+5 mm Hg=25 mm Hg) kira-kira 120 ml plasma difiltrasi setiap menit. Pada glomerolus membrane filtrasi hanya dapat diketahui plasm, garam-garam, glukosa dan molekul-molekul kecil lainnya. Sel darah dan plasma terlalu besar untuk difiltrasi dengan dcara ini, oleh karean itu dibentuk pengecean oleh glomerolus 100-150 ml setiap hari. Susunan cairan filtrasi ini sama seperti susuna plasma darah, tetapi tidak ada proteinnya. Membrane glomerolus darah berkerja sebagai suatu saringan biasa dan untuk proses ini tidak deperlukan energy.


LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN URINE
            Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besat cairan yang bebas protein dari kapiler glomerolus ke kapsula bowman. Kebanykan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein sehingga filtrate glomerolus dalam kapsula bowman hamper sama dengan dalam plasma. Cairan diubah oleh reabsorsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah atau zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.

 Faktor yang mempengaruhi filtrasi
            Kebanyakan kapiler glomerolus relative impermeable terhadap protein sehinga cairan hasil filtrasi bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen selular termasuk sel darah merah. Konsentrasi unsur plasma lainnya termasuk garam dan molekul organic yang terikat pada protein plasma seperti glukosa dan asam amino bersifat baik dalam plasma dan fitrasi glomerolus.
a. Aliran darah ginjal
            Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradient tekanan yang melintas pembuluh darah renalis atau perbedaan antara tekanan arteri renalis dan tekanan hidostatik vena renalis dibagi dengan tahanan pembuluh darah total.

Aliran darag ginjal = Tekanan arteri renalis – tekanan vena renalis
                                            Tekanan pembuluh renalis total   

b. Tekanan filtrasi
            Perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerolus, perubahan tekanan darah dan konsentrasi arteriola aferen dan eferen.perubahan tekanan hidrostatik kapsula bowman misalnya obstruksi ureter dan edema ginjal again dalam kapsul. Perubahan konsentrasi protein plasma dan tekanan koloid osmotic misalnya terjadi pada dehidrasi dan hipoproteinemia.

c. Luas permukaan filtrasi
            Luas permukaan filtrasi berkurang akibat dari penyakit yang merusak glomerolus dan nefrektomi partial sehingga proses filtrasi terganggu dan tidak berjalan lancer.
d. Permeabilitas membrane filtrasi
            Meningkat akibat penyakit ginjal

 Proses Absorbsi
            Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini tejadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorbsi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorbsi. Kegiatan ini banyak dipengaruhi oleh hormone-hormone dan zat-zat yang direabssorbsi berubah sesuai dengan keperluan tubuh setiap saat.
a.      Air diabsorbsi dengan jumlah yang banyak.
b.      Zat esensial yang mutlak diperlukan misalnya glukosa, NaCI, dan garam-garam direabsorbsi dengan sempurna kedalam kapiler peritubulas, kecuali kadarnya melebihi ambang ginjal yaitu batas kadar tertinggi suatu zat dalam darah yang apabila dilampaui akan menyebabkan ekskresi zat tersebut masuk ke dalam urine.
c.       Zat yang sebagian diabsorpsi sel-sel tubulus bila diperlukan misalnya kalium.
d.      Zat-zat yang hanya diabsorpsi dalam jumlah kecil dari hasil metabolism misalnya ureum,fosfat,dan asam urat.
e.      Zat yang sama sekali tidak diabsorpsi bahkan tidak dapat disekresi oleh sel tubulus misalnya kreatinin.
Jumlah total air yang diabsorpsi ±120 ml/menit.Sekitar 70-80% diabsorpsi oleh tubulus proksimal disebut juga reabsorpsi air obligatori,sisanya 20-30% diabsorpsi secara fakultatif dengan bantuan hormone vasoprovesi yaitu ADH (anti diuretic hormone) di tubulus distal, sebagaian kecil sisanya diabsorpsi pada duktus koligentis yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.

 Proses sekresi
            Tubulus ginjal dapat menyekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolism atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolism sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.Namun,pH darah dan cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 (alkalis).Sel tubuh membentuk amoniak yang bersenyawa dengan asam kemudian disekresi sebagai ammonium supaya pH darah dan cairan tubuh tetap alkalis.

KARAKTERISTIK URINE
1.      Komposisi : terdiri atas 95% air yang mengandung zat terlarut sebagai berikut :
a.      Zat buangan nitrogen: meliputi urea dari protein,asam urat dari katabolisme asam nukleat,dan kreatinin dari proses penyaringan kreatinin fosfat dalam jaringan otot.
b.      Asam hipurat (asam Kristal): produk sampingan pencernaan sayuran dan buah-buahan.
c.       Badan keton (atom karbon):dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen(unsure pendukung) normal dalam jumlah kecil.
d.      Elektrolit: meliputi ion natrium,klor,kalium,ammonium,sulfat,fosfat,kalium, dan magnesium.
e.      Hormon (catabolic hormone): ada secara normal dalam urine.
f.        Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing,pigmen,vitamin,atau enzim sebagai normal ditemuka dalam jumlah kecil.
g.      Konstituen abnormal: meliputi albumin,glukosa,sel darah merah,sejumlah besar badan keton.Zat kapur yang terbentuk dan mengeras dalam tubulus akan menjadi batu ginjal (neprolitiasis).
2.    Sifat Fisik
a.      Warna: kuning pucat,kuning pekat jika kental.Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
b.      Bau: urine memiliki bau yang khas,berbau amoniak jika didiamkan,bervariasi sesuai dengan makanan yang dimakan.Pada diabetes yang tidak terkontrol,aseton akan menghasilkan bau manis pada urine.
c.       Asiditas (keadaan asam) atau alkalinitas (keadaan alkali):pH urine bervariasi antara 4,8-7,5 dan biasanya 6,0 tergantung pada diet.Makanan proteintinggi akan meningkatkan asiditas,sedangkan diet sayuran akan meningkatkan alkalinitas.
d.      Berat jenis urine: Berkisar antara 1,001-1,035 tergantung pada konsentrasi urine.

 Peranan urea. Urea dalam filtrasi glomerulus bergerak keluar tubulus karena konsentrasinya meningkat oleh pengurangan progresif volume filtrate.Urea bisa melintasi membran ginjal dengan cara difusi sederhana atau dipermudah.Apabila cairan urine rendah,maka lebih besar kesempatan urea untuk meninggalkan tubulus dan hanya 10-20% urea yang difiltrasi diekskresikan (disaring dan dikeluarkan).
 Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable (tidak dapat dilewati) terhadap protein plasma yang lebih besar,tetapi permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit,asam amino,glukosa dan sisa nitrogen.
            Glomerulus dapat mengalami kenaikan tekanan darah hingga 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena arteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang lebih kecil masuk ke dalam ruangan yang lebih kecil sehingga darah mendorong air dan partikel kecil yang terlarut dalam plasma masuk ke dalam kapsula Bowman.
            Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula Bowman disebut sebagai filtrasi glomerolus. Tiga faktor dalam proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu sebagai berikut :
1.      Tekanan Osmotik (TO)
Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane semipermeabel. Sebagai usaha untuk menembus mebran semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane semipermeabel.
2.      Pori-pori dalam kapiler glomerolus
Membuat membrane semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dan air, tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
3.      Tekanan Hidrostatik (TH)
Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotic 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmotic darah.
4.      Perbedaan tekanan osmotic plasma
5.      Dengan cairan dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan ini membuat pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.

TINJAUAN FUNGI NEURON
            Sekitar 80% filtrate dikembalikan ke aliran darah melalui reabsorpsi pada tubulus proksimal. Pada orang normal semua glukosa, asam amino, natrium klorida dan elektrolit difiltrasi dan diabsorbsi di tubulus proksimal. Sel-sel tubulus proksimal juga menyekresi urea, kreatinin, dan ammonia yang bercampur dengan urine.

PROSES ELIMINASI SISA PENCERNAAN
A.  Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangansisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusiadigolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1.   Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidupuntuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasaldari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2.   Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.
B.     Fisiologi Dalam Eliminasi
1)      Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyaikebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktuyang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanyabekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelahpencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulaibergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadidi dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominalbertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal,sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
2)      Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkatdiatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflekssaraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkankandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akankeinginan untuk berkemih.
C.     Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:
1.      UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskularberkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalamiperubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot poloscolon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkantekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
2.      DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnyaselulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan iniberdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairanfeses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapatmengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang samasetiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukanmakanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3.      CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairanyang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ialewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairanmemperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkanreabsorbsi cairan dari chyme.
4.      TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chymesepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekananintraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-ototyang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas ataugangguan fungsi syaraf.
5.      FAKTOR PSIKOLOGi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentutermasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponenpsikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapatmeningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagndepresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6.      GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang airbesar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yangireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhanakan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi saturuangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak inginmenggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7.      OBAT-OBATAN 
                  Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasiyang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar daritranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasifeses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatantertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

HORMON – HORMON YANG TERKAIT ELIMINASI
1.            Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
                  Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
                  Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.

Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.

2.            Mineralocorticoids
      adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
      Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3.            Hormone ovarium (estrogen dan progesteron)
disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis
-          Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
                  Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
-          Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid)
4.            Prostaglandin
      Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
            Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan ereksi.

Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen, memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa. 


                  Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2, misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan agen farmasi penting dalam OB.
                  Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-memfasilitasi prostaglandin.
5.            Gukokortikoidtid
                  Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)
      Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal 
                  Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula).
                  Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.
                  Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan denyut jantung meningkat.
                  Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom Cushing” dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama, punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.
Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :
Bagian Korteks Menghasilkan :
1.      Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison) 
                  Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan.
2.      Hormon Prolaktin
      Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
TANDA GAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI SISA METABOLISME DAN PENCERNAAN
Tanda gangguan eliminasi urine:
a.       Retensi urine
o   Ketidak nyamanan daerah pubis
o   Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
o   Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
o   Meningkatnya keinginan untuk berkemih dan resah
o   Ketidaksanggupan untuk berkemih
b.      Inkontinensia urine
o   Pasien tidak dapat menahan keinginan untuk BAK sebelum sampai di
o   WC
o   Pasien sering mengompol
Tanda gangguan eliminasi fekal :
A. Konstipasi
o   Menurunnya frekuensi BAB
o   Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
o   Nyeri rektum
B. Impaction
o   Tidak BAB
o   Anoreksia
o   Kembung/kram
o   Nyeri rektum
C. Diare
o   BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak terbentuk
o   Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
o   Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa
o   Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
o   menahan
D. Inkontinensia Fekal
o   Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
o   BAB encer dan jumlahnya banyak
E. Flatulens
o   Menumpuknya gas pada lumen intestinal
o   Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram
o   Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
F. Hemoroid
o   Pembengkakan vena pada dinding rektum
o   Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
o   Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
o   Nyeri 

      PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
Proses keperawatan eliminasi urin
2.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a.          Pola Berkemih
b.         Gejala dari perubahan berkemih
c.          Faktor yang mempengaruhi berkemih
2. Pemeriksa Fisik
a. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi kandungan kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b. Genitalia Wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, dan keadaan atrofi jaringan vagina.
c. Genitalia Laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran skrotum.
3. Intake dan output cairan
a)      Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)
b)      Kebiasaan minum di rumah
c)      Intake: cairan infus, oral, makanan, NGT
d)     Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan
e)      Output urine dari urinal, kantong urine, drainase ureterostomi, dan sistostomi
f)       Karakteristik urine: warna, kejernihan, bau, dan kepekatan
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan urine (urinalisis):
o   Warna (N: jernih kekuningan)
o   Penampilan (N: jernih)
o   Bau (N: beraroma)
o   pH (N: 4,5-8,0)
o   Berat jenis (N: 1,005-1,030)
o   Glukosa (N: negatif)
o   Keton (N: kuman pentagon negatif)


b. Kultur urine (N: kuman pantogrn negatif)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia
Defisini: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine.
Kemungkinan berhubungan dengan:
o   Gangguan neuromuskular
o   Spasme kandung kemih
o   Trauma pelvis
o   Infeksi saluran kemih
o   Trauma medulla spinalis
Kemungkinan data yang ditemukan:
a.       Inkontinensia
b.      Keinginan berkemih yang segera
c.       Sering ke toilet
d.      Menghindari minum
e.       Spasme kandung kemih
f.       Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml
Tujuan yang diharapkan:
a.       Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
b.      Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine
c.       Klien berkemih dalam keadaan rileks
2. Retensi urine
Definisi: kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
Kemungkinan yang berhubungan dengan:
a.       Obstruksi mekanik
b.      Pembesaran prostat
c.       Kanker
d.      Pembedahan
e.       Kehamilan
Kemungkinan data yang ditemukan:
a.       Tidak tuntasnya pengeluaran urine
b.      Distensi kandung kemih
c.       Hipertrofi prostat
d.      Kanker
e.       Infeksi saluran kemih
f.       Pembedahan besar abdomen
Tujuan yang diharapkan:
a.       Pasien dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih setiap 4 jam
b.      Tanja dan gejala retensi urine tidak ada
PERENCANAAN KEPERAWATAN
a.       Memberikan intake cairan secara tepat, Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya dibatasi.
b.      Memastikan keseimbangan intake dan output cairan, mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.
c.       Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
d.      Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
e.       Mencegah kerusakan kulit.
f.       Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih.
g.      Memberikan kebebasan untuk pasien.
h.      Mencegah infeksi saluran kemih.
i.        Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
j.        Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional.
k.      Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal).
l.        Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
a.       Monitor/observasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
b.      Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
c.       Monitor terus perubahan retensi urine
d.      Lakukan kateterisasi urine
Inkontinensia dorongan
6.            Pertahankan hidrasi secara optimal
7.            Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan
8.            Ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
9.            Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
10.        Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
11.        Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
Inkontinensia total
12.        Pertahankan jumlah cairan dan berkemih
13.        Rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi
14.        Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stress
Kurangi faktor penyebab seperti :
1.      Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
1.      Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan
2.      Untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4 kali sehari
2.      Meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
o   Latih untuk menghindari duduk lama
o   Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
Inkontinensia fungsional
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih, dengan berkemih seperti :
mekanisme supra pubis kutaneus
1.  Ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang
2.  Anjurkan pasien untuk :
a.              Posisi setengah duduk
b.              Mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali setiap detik
c.              Gunakan sarung tangan
d.             Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil
e.              Lakukan hingga aliran baik
f.               Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
g.              Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
3.   Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan
a.              Tekan gland penis
b.              Pukul perut di atas ligamen inguinalis
c.              Tekan paha bagian dalam
4.  Catat jumlah asupan dan pengeluaran
Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
Inkontinensia Fungsional
1. Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
a.              Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b.              Pertahankan nutrisi yang adekuat
c.              Tingkatkan intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d.             Tingkatkan integritas kulit
e.              Tingkatkan higiene perseorangan
2.  Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine dan perubahan warna
3.  Ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah
Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain : pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
15.        Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.
16.        Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau fungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
            Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
17.        botol penampung beserta penutup
18.        etiket khusus
Prosedur Kerja
o   Mencuci tangan
o   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
o   Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
o   Bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurkan pasien untuk BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol
o   Catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
o   Cuci tangan
Menolong pasien untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
            Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri di kamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah).
Alat dan bahan :
19.        urinal
20.        pengalas
21.        tisu
Prosedur Kerja
22.        Cuci tangan
23.        Jelaskan prosedur pada pasien
24.        Pasang alas urinal di bawah glutea
25.        Lepas pakaian bawah pasien
26.        Pasang urinal di bawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
27.        Anjurkan pasien untuk berkemih
28.        Setelah selesai, rapikan alat
29.        Cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
Melakukan kateterisasi
Indikasi :
Tipe Intermitten
d.      Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
e.       Retensi akut setelah trauma uretra
f.       Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesic
g.      Cedera pada tulang belakang
h.      Degenerasi neuromuskular secara progresif
i.        Pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
v  Obstruksi aliran urine
v  Pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
v  Obstruksi uretra
v  Inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan bahan
1.            Sarung tangan steril
2.            Kateter steril (sesuai dengan ukurannya dan jenis)
3.            Duk steril
4.            Minyak pelumas/ gel
5.            Larutan pembersih antiseptic
6.            Spuit yang berisi cairan
7.            Perlak dan alasnya
8.            Pinset anatomi
9.            Bengkok
10.        Urinal bag
11.        Sampiran
Prosedur Kerja
Untuk  pasien pria :
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Atur ruangan/pasang sampiran
d.      Pasang perlak/alas
e.       Gunakan sarung steril
f.       Pasang duk steril
g.      Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikt
2.      ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas savlon
a.       Beri gel pada ujung kateter, lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan
3.      untuk tarik napas
a.       Jika tertahan, jangan dipaksa
b.      Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades
c.       Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah paha
d.      Rapikan alat
e.       Cuci tangan
Untuk pasien wanita :
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Atur ruangan
d.      Pasang perlak/alas
e.       Gunakan sarung tangan steril
f.       Pasang duk steril
g.      Bersihkan vulva kapas savlon dari atas ke bawah
h.      Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
i.        Beri gel pada ujung kateter lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan tarik napas, hingga urine keluar
j.        Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spoit
k.      Sambung kateter dengan urine bag dan fiksasi ke arah samping
l.        Rapikan alat
m.    Cuci tangan
Menggunakan kondom kateter
            Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
12.        Sarung tangan
13.        Air sabun
14.        Pengalas
15.        Kondom kateter
16.        Urinal bag
17.        Sampiran


Prosedur kerja
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur pada klien
c.       Atur ruangan/pasang sampiran
d.      Pasang perlak/alas
e.       Gunakan sarung tangan
f.       Atur posisi klien dengan terlentang
g.      Bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan
h.      Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
i.        Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
j.        Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
k.      Rapikan alat
l.        Cuci tangan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
o   Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter
o   Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya
o   distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
o   Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar.
o   Mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering
o   Memberikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya dysuria tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang
o   Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih
Menjelaskan Konsep Pencernaan Normal Dan Eliminasi Fekal
            Saluran gastrointestiral ( GI ) merupakan serangkaian organ muscular berongga yang dilapisi oleh membrane mukosa ( selaput lendir ). Tujuan kerja organ ini ialah mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk diabsorpsi dan digunakan oleh sel – sel tubuh, serta menyediakan tempat penyimpanan fese sementara. Fungsi utama system GI adalah membuat keseimbangan cairan. GI juga menerima banyak sekresi dari organ – organ, seperti kandung empedu dan pancreas. Setiap kondisi yang secara serius mengganggu absorpsi atau sekresi normal cairan GI, dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
Organ – organ saluran gastrointestinal :
Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :
Mulut 
            Saluran GI secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan bahwa masa atau bolus makanan mencapai daerah absorpsi nutrisi dengan aman dan efektif. Gigi mengunyah makanan, memecahkan menjadi berukuran yang dapat di telan. Sekresi saliva mengandung enzim, seperti ptyalin, yang mengawali pencernaan unsure – unsure makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan di dalam mulut sehingga lebih mudah ditelan.
Esophagus 
            Begitu makanan memasuki bagian atas esophagus, makanan berjalan melalui otot sirkular, yang mencegah udara memasuki esophagus dan makanan mengalami refluks ( bergerak ke belakang ) kembali ke tenggorokan. Bolus makanan menelusuri esophagus yang panjangnya kira – kira 25 cm. makanan didorong oleh gerakan peristaltic lambat yang dihasilkan oleh kontraksi involunter dan relaksasi otot halus secara bergantian. Pada saat bagian esophagus berkontraksi di atas bolus makanan, otot sirkular di bawah ( atau di depan ) bolus berelaksasi. Kontraksi – kontraksi otot halus yang saling bergantian ini mendorong makanan menuju gelombang berikutnya.
            Dalam 15 detik, bolus makanan bergerak menuruni esophagus dan mencapai sfingter esophagus bagian bawah. Sfingter esophagus bagian bawah terletak di antara esophagus dan lambung. Factor – factor yang mempengaruhi tekanan sfingter esophagus bagian bawah meliputi antacid, yang meminimalkan refluks, dan nikotin serta makanan berlemak, yang meningkatkan refluks.
Lambung 
            Di dalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara mekanis dan kimiawi dipecahkan untuk dicerna dan diabsorpsi. Lambung menyekresi asam hidroklorida ( HCL ), lendir, enzim pepsin, dan factor intrinsic. Konsentrasi HCL mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam – basa tubuh. HCL membantu mencampur dan memecahkan makanan di lambung. Lendir melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktivitasenzim. Pepsin mencerna protein, walaupun tidak banyak pencernaan yang berlangsung di lambung. Factor intrinsik adalah komponen penting yang dibutuhkan untuk absopsi viatamin B12 di dalam usus dan selanjutnya untuk pembentukan sel darah merah normal. Kekurangan factor intrinsic ini mengakibatkan anemia dan pernisiosa.
            Sebelum makan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi materi semicair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada makanan padat. Klien yang sebagian lambungnya diangkat atau yang memiliki pengosongan lambung yang cepat ( seperti pada gastritis ) dapat mengalami masalah pencernaan yang serius karena makanan tidak dipecah menjadi kimus.
3. Usus Halus
            Selama proses pencernaan normal. Kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus. Usus halus merupakan sebuah saluran dengan diameter sekitar 2.5 cm dan panjang 6 m. Usus halus dibagi mkenjadi 3 bagian : duodenum, jejunum, dan ileum. Kimus bercampur dengan enzim – enzim pencernaan ( missal : empedu dan amylase ) saat berjalan memalui usus halus. Segmentasi ( kontrasi dan relaksasi otot halus secara bergantian ) mengaduk kimus, memecahkan makanan lebih lanjut untuk dicerna. Pada saat kimus bercampur, gerakan peristaltic berikutnya sementara berhenti sehingga memungkinkan absorpsi. Kimus berjalan perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan absorpsi.
            Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi di dalam usus halus. Enzim dari pancreas ( missal : amylase ) dan empedu dari kandungan empedu dilepaskan ke dalam duodenum. Enzim di dalam usus halus memecahkan lemak, protein, dan karbohidrat menjadi unsure – unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsioleh duodenum dan jejunum. Ileum mengabsorpsi vitamin – vitamin tertentu, zat besi, dan garam empedu. Apabila fungsi ileum terganggu, proses pencernaan akan mengalami perubahan besar. Inflamasi, reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu peristaltic, mengurangi area absorpsi, atau menghambat aliran kimus.
4.      Usus Besar
            Saluran GL bagian bawah disebut usus besar ( kolon ) karena ukuran diameternya lebih besar daripada usus halus. Namun, panjangnya, yakni 1,5 sampai 1,8 m jauh lebih pendek. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Usus besar merupakan utama dalam eliminasi fekal.
a)      Sekum 
Kimus yang tidak diabsorpsi memasuki sekum melalui katup ileosekal. Katup ini merupakan lapisan otot sirkulat yang mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus.

b)     Kolon
            Walaupun kimus yang berair memasuki kolon, volume air menurum saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagi menjadi kolon asendens, kolon transversal, kolon desenden, kolon sigmoid. Kolon dibangun oleh jaringan otot, yang memungkinkannya menampung dan mengeliminasi produk buangan dalam jumlah besar. Kolon memiliki empat fungsi yang saling berkaitan : absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Pengertian Sistem Urinaria
            Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1.      GINJAL

            Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
            Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
            Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

            Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1.      Kulit Ginjal (Korteks)
            Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2.      Sumsum Ginjal (Medula)
            Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3.      Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
            Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

Fungsi Ginjal :
·         Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
·         Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
·         keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
·         Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1.      Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine.
2.      Mengukur konsentrasi urenum darah
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.
3.      Tes konsentrasi
              Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya naik.

Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah

            Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.


Persyarafan Ginjal
            Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2.      URETER
            Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :
ü  Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
ü  Lapisan tengah otot polos
ü  Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
ü  Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

            Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
            Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3.      VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
            Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :
o   Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
o   Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
o   Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
            Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
            Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
            Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
            Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
v  Uretra Prostaria
v  Uretra membranosa
v  Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
            Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
Urine (Air Kemih)
1.      Sifat – sifat air kemih
§  Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
§  Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
§  Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.

Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Barat jenis 1.015 – 1.020.
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih :
·         Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
·         Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
·         Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
·         Pigmen (bilirubin, urobilin)
·         Toksin
·         Hormon
2.      Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
3.      Tahap – tahap Pembentukan Urine
a.       Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b.      Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c.       Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
4.      Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
5.      Ciri – ciri Urine Normal
            Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

ANATOMI KULIT
            Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang terletak di bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.
Klasifikasi berdasar :
1.      Warna :
o    terang (fair skin), pirang, dan hitam
o    merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o    hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa

2.      Jenisnya :
o    Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
o    Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o    Tipis : pada wajah
o    Lembut : pada leher dan badan
Anatomi kulit secara histopatologik
1.      Lapisan Epidermis (kutikel)
o    Stratum Korneum (lapisan tanduk)
          lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
o    Stratum Lusidum 
          terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
o    Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
          merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
o    Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
          terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
o    Stratum Basalis
          terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif. 
o    Sel kolumnar
protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel.

o    Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes)

2.      Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
     terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPU_zQGFw32n7MUAIdLYEYFIpTFW-9x81gVsSwaoYw3pGDngpPGff7GaBnU38qN5LSfJ8n7NQPeQ723P7GDkBRn3p3ch975HVhvd3LzJoNGPDet0pcjYMsn4txvtw1QqIEPn0-K1AnmsIQ/s320/dermis.jpg
o    Pars Papilare
          bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
o    Pars Retikulare
          bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3.      Lapisan Subkutis (hipodermis)
     lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxxAr3mg-SmMOUNSxLWChyf9rlJ5OqlgCv3Y8dh2InBsrWDwoBUjBhCt4aHJz22gy-WNpMZoc1V_H8bmm9Gt0iwHnEEG-xzcZMb-86S9eADdgH-7iuI0wVJRxce3mrrcOMVXcU-CdlwGAT/s320/cutaneus.jpg

Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis).
Adneksa Kulit
1.      Kelenjar Kulit => terdapat pada lapisan dermis

o       Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8.
o    Kelenjar Ekrin
    Kecil – kecil , terletak dangkal di dermis dengan secret encer. Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor panas, stress emosional.
o    Kelenjar Apokrin
    Lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental. Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
o    Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
2.      Kuku => bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Pertumbuhannya 1mm per minggu. 

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhVbSFrUSb7d6Jj6NmuHQLTu1SUkUQNG5qZ2ryiAbibPje3BNwPZicEBuv_zQRZGIGpCDuzaaVySlI2OlTsOe5d2hJKD3Frn-7ziKWDrDMql9UDxFUaZ8_eHs8OXDtTBFCBNA6t6T-zZ-1/s1600/kuku.jpg

o    Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
o    Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.
o    Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk alur kuku
o    Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
o    Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas
3.      Rambut :
o    Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit
o    Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut :
o    Lanugo => rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
o    Rambut terminal => rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa.
     Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
     Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) b erlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat) berlangsung beberapa bulan. D antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen (involusi temporer). Pada suatu saat 85% rambut mengalami fase anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
     Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis. Rambut mudah dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya dengan panas atau bahan kimia.

FUNGSI KULIT
1.      Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
o    fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o    kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o    panas : radiasi, sengatan sinar UV
o    infeksi luar : bakteri, jamur

Beberapa macam perlindungan :
o   Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit)
o   Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o   Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o   Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur.
2.      Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3.      Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
4.      Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o    Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o    Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o    Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o    Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o    Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5.      Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
6.      Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7.      Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8.      Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.

PROSES ELIMINASI SISA METABOLISME
            Eliminasi adalah proses pembuangan sisia metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali za-zat yang sudahdisaring pada glomerolus dan sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal. Urine yang berasal dari darah dibawa oleh arteri renalis masuk ke dalam ginjal. Langkah pertama proses pembentukan urine adalah ultrafiltrasi darah/plasma dalam kapiler glomerolus berupa air dan kristaloid, selanjutnya didalam tubuli ginjal disempurnakan dengan proses reabsorsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam darah, selanjutnya proses sekresi dikeluarkan melalui urine. Proses ini terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah setiap manit ±1200 ml darah yang terdiri atas 450 ml sel darah dan 600 ml plasma, masuk ke dalam kapiler glomerolus. Untuk proses filtrasi diperlukan tekanan filtrasi untuk mendapatkan hasil akhir.

 Tekanan yang menyebabkan filtrasi :
Merupakan hasil kerja jantung. Tekanan hidrostatik kapiler glomerolus ±50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong air dan garam-garam melalui glomerolus. Kapiler glomerolus secara relative bersifat permeable terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh disebut tekanan hidrostatik.
Gerakan masuk kedalam kapsula Bowman disebut sebagai filtrasi Glomerolus sedangkan material yang masuk kedalam kapsula Bowman disebut filtrat. Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi adalah sebagai berikut :
a. Tekanan Osmotik (TO) dari filtrasi kapsula bowman :
tekana yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membaran semi perbeabel sebagai usaha untuk menembus membrane kedalam area yang mengandung lebih banya molekul yang tidak dapat melewati membrane.
b. Tekanan hidrostatik (TH) :
Tekanan yang dihasilkan dengan adanya filtrasi dalam kapsula bowman sama-sama mempercepat gerakan air. Dalam molekul perbmeabel dari kapsula bowman kembali kedalam kapiler.
c. Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) :
Laju dimanan filtrasi dibentuk, jumlah pembentukan filtrasi permenit adalah 125 ml. faktor klinis utama yang mempengarui LFG adalah tekanan hidrostatik dan tekakan osmotic.

 Tekanan Yang melawan filtrasi
            Tekanan hidrostatik cairan didalam kapsul bowman adalah sebesar ±5 mmHg, sedangkan tekanan osmotic koloid protein ±30 mmHg yang cenderung menarik air dan garam kedalam pembuluh kapiler. Transport aktif melibatkan ikatan molekul substansi yang selanjutnya akan menggerakan molekul dari satru membrane sisi yang lain terhadap gradient konsentrasi substansi tersebut dan membantu molekul bergerak kearah yang berlawanan denga arah yang seharusnya oleh difusi sederhana.
Cairan menurunkan konsentrasi dari tipe molekul yang ditransportasi. Penurunan konsentrasi memungkinkan molekul-molekul tersebut untuk berdidfusi dari urine ke dalam sel tubulus, selanjutnya keluar dari sel dan memasuki carian peritubuler. Peningkatan ini merangsang difusi molekul dalam kapiler didalam nefron. Dan transper aktif untuk membuang molekul-molekul dari filtrate (urine) kembali ke aliran darah.
Transfer aktif natrium bertanggung jawab terhadap reabsorsi osmotic air dari filtrate, baik dari tubulus proksimal maupun di tubulus distal. Ion natrium secara aktif ditransport keluar sel dan kedalam cairan peritubular yang lebih tinggi dari yang terdapat pada cairan sel atau tubulus
 Tekanan Akhir
            Menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama dengan filtrasi aktif (50-30+5 mm Hg=25 mm Hg) kira-kira 120 ml plasma difiltrasi setiap menit. Pada glomerolus membrane filtrasi hanya dapat diketahui plasm, garam-garam, glukosa dan molekul-molekul kecil lainnya. Sel darah dan plasma terlalu besar untuk difiltrasi dengan dcara ini, oleh karean itu dibentuk pengecean oleh glomerolus 100-150 ml setiap hari. Susunan cairan filtrasi ini sama seperti susuna plasma darah, tetapi tidak ada proteinnya. Membrane glomerolus darah berkerja sebagai suatu saringan biasa dan untuk proses ini tidak deperlukan energy.


LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN URINE
            Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besat cairan yang bebas protein dari kapiler glomerolus ke kapsula bowman. Kebanykan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein sehingga filtrate glomerolus dalam kapsula bowman hamper sama dengan dalam plasma. Cairan diubah oleh reabsorsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah atau zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.

 Faktor yang mempengaruhi filtrasi
            Kebanyakan kapiler glomerolus relative impermeable terhadap protein sehinga cairan hasil filtrasi bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen selular termasuk sel darah merah. Konsentrasi unsur plasma lainnya termasuk garam dan molekul organic yang terikat pada protein plasma seperti glukosa dan asam amino bersifat baik dalam plasma dan fitrasi glomerolus.
a. Aliran darah ginjal
            Aliran darah ginjal ditentukan oleh gradient tekanan yang melintas pembuluh darah renalis atau perbedaan antara tekanan arteri renalis dan tekanan hidostatik vena renalis dibagi dengan tahanan pembuluh darah total.

Aliran darag ginjal = Tekanan arteri renalis – tekanan vena renalis
                                            Tekanan pembuluh renalis total   

b. Tekanan filtrasi
            Perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerolus, perubahan tekanan darah dan konsentrasi arteriola aferen dan eferen.perubahan tekanan hidrostatik kapsula bowman misalnya obstruksi ureter dan edema ginjal again dalam kapsul. Perubahan konsentrasi protein plasma dan tekanan koloid osmotic misalnya terjadi pada dehidrasi dan hipoproteinemia.

c. Luas permukaan filtrasi
            Luas permukaan filtrasi berkurang akibat dari penyakit yang merusak glomerolus dan nefrektomi partial sehingga proses filtrasi terganggu dan tidak berjalan lancer.
d. Permeabilitas membrane filtrasi
            Meningkat akibat penyakit ginjal

 Proses Absorbsi
            Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini tejadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorbsi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorbsi. Kegiatan ini banyak dipengaruhi oleh hormone-hormone dan zat-zat yang direabssorbsi berubah sesuai dengan keperluan tubuh setiap saat.
a.      Air diabsorbsi dengan jumlah yang banyak.
b.      Zat esensial yang mutlak diperlukan misalnya glukosa, NaCI, dan garam-garam direabsorbsi dengan sempurna kedalam kapiler peritubulas, kecuali kadarnya melebihi ambang ginjal yaitu batas kadar tertinggi suatu zat dalam darah yang apabila dilampaui akan menyebabkan ekskresi zat tersebut masuk ke dalam urine.
c.       Zat yang sebagian diabsorpsi sel-sel tubulus bila diperlukan misalnya kalium.
d.      Zat-zat yang hanya diabsorpsi dalam jumlah kecil dari hasil metabolism misalnya ureum,fosfat,dan asam urat.
e.      Zat yang sama sekali tidak diabsorpsi bahkan tidak dapat disekresi oleh sel tubulus misalnya kreatinin.
Jumlah total air yang diabsorpsi ±120 ml/menit.Sekitar 70-80% diabsorpsi oleh tubulus proksimal disebut juga reabsorpsi air obligatori,sisanya 20-30% diabsorpsi secara fakultatif dengan bantuan hormone vasoprovesi yaitu ADH (anti diuretic hormone) di tubulus distal, sebagaian kecil sisanya diabsorpsi pada duktus koligentis yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.

 Proses sekresi
            Tubulus ginjal dapat menyekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolism atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolism sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.Namun,pH darah dan cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 (alkalis).Sel tubuh membentuk amoniak yang bersenyawa dengan asam kemudian disekresi sebagai ammonium supaya pH darah dan cairan tubuh tetap alkalis.

KARAKTERISTIK URINE
1.      Komposisi : terdiri atas 95% air yang mengandung zat terlarut sebagai berikut :
a.      Zat buangan nitrogen: meliputi urea dari protein,asam urat dari katabolisme asam nukleat,dan kreatinin dari proses penyaringan kreatinin fosfat dalam jaringan otot.
b.      Asam hipurat (asam Kristal): produk sampingan pencernaan sayuran dan buah-buahan.
c.       Badan keton (atom karbon):dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen(unsure pendukung) normal dalam jumlah kecil.
d.      Elektrolit: meliputi ion natrium,klor,kalium,ammonium,sulfat,fosfat,kalium, dan magnesium.
e.      Hormon (catabolic hormone): ada secara normal dalam urine.
f.        Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing,pigmen,vitamin,atau enzim sebagai normal ditemuka dalam jumlah kecil.
g.      Konstituen abnormal: meliputi albumin,glukosa,sel darah merah,sejumlah besar badan keton.Zat kapur yang terbentuk dan mengeras dalam tubulus akan menjadi batu ginjal (neprolitiasis).
2.    Sifat Fisik
a.      Warna: kuning pucat,kuning pekat jika kental.Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
b.      Bau: urine memiliki bau yang khas,berbau amoniak jika didiamkan,bervariasi sesuai dengan makanan yang dimakan.Pada diabetes yang tidak terkontrol,aseton akan menghasilkan bau manis pada urine.
c.       Asiditas (keadaan asam) atau alkalinitas (keadaan alkali):pH urine bervariasi antara 4,8-7,5 dan biasanya 6,0 tergantung pada diet.Makanan proteintinggi akan meningkatkan asiditas,sedangkan diet sayuran akan meningkatkan alkalinitas.
d.      Berat jenis urine: Berkisar antara 1,001-1,035 tergantung pada konsentrasi urine.

 Peranan urea. Urea dalam filtrasi glomerulus bergerak keluar tubulus karena konsentrasinya meningkat oleh pengurangan progresif volume filtrate.Urea bisa melintasi membran ginjal dengan cara difusi sederhana atau dipermudah.Apabila cairan urine rendah,maka lebih besar kesempatan urea untuk meninggalkan tubulus dan hanya 10-20% urea yang difiltrasi diekskresikan (disaring dan dikeluarkan).
 Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable (tidak dapat dilewati) terhadap protein plasma yang lebih besar,tetapi permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit,asam amino,glukosa dan sisa nitrogen.
            Glomerulus dapat mengalami kenaikan tekanan darah hingga 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena arteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang lebih kecil masuk ke dalam ruangan yang lebih kecil sehingga darah mendorong air dan partikel kecil yang terlarut dalam plasma masuk ke dalam kapsula Bowman.
            Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula Bowman disebut sebagai filtrasi glomerolus. Tiga faktor dalam proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu sebagai berikut :
1.      Tekanan Osmotik (TO)
Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane semipermeabel. Sebagai usaha untuk menembus mebran semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane semipermeabel.
2.      Pori-pori dalam kapiler glomerolus
Membuat membrane semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dan air, tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
3.      Tekanan Hidrostatik (TH)
Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotic 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmotic darah.
4.      Perbedaan tekanan osmotic plasma
5.      Dengan cairan dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan ini membuat pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.

TINJAUAN FUNGI NEURON
            Sekitar 80% filtrate dikembalikan ke aliran darah melalui reabsorpsi pada tubulus proksimal. Pada orang normal semua glukosa, asam amino, natrium klorida dan elektrolit difiltrasi dan diabsorbsi di tubulus proksimal. Sel-sel tubulus proksimal juga menyekresi urea, kreatinin, dan ammonia yang bercampur dengan urine.

PROSES ELIMINASI SISA PENCERNAAN
A.  Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangansisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusiadigolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1.   Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidupuntuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasaldari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2.   Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.
B.     Fisiologi Dalam Eliminasi
1)      Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyaikebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktuyang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanyabekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelahpencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulaibergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadidi dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominalbertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal,sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
2)      Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkatdiatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflekssaraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkankandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akankeinginan untuk berkemih.
C.     Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:
1.      UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskularberkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalamiperubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot poloscolon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkantekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
2.      DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnyaselulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan iniberdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairanfeses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapatmengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang samasetiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukanmakanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3.      CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairanyang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ialewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairanmemperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkanreabsorbsi cairan dari chyme.
4.      TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chymesepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekananintraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-ototyang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas ataugangguan fungsi syaraf.
5.      FAKTOR PSIKOLOGi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentutermasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponenpsikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapatmeningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagndepresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6.      GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang airbesar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yangireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhanakan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi saturuangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak inginmenggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7.      OBAT-OBATAN 
                  Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasiyang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar daritranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasifeses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatantertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

HORMON – HORMON YANG TERKAIT ELIMINASI
1.            Hormon anti diuretic (ADH) duktus untuk meremeabilit
                  Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
                  Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan. Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.

Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ADH menjadi kuat adalah penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat saat volume darah turun 15-25% dengan kecepatan sekresi meningkat 50x dari normal. Peranan penting dalam proses pembentukan laktasi adalah menyebabkan timbulnya pengiriman air susu dari alveoli ke duktus sehingga dapat diisap oleh bayi.

2.            Mineralocorticoids
      adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
      Aldosteron: 95% dari kegiatan mineralokortikoid ada di rekening hormon ini. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan K + atau jatuh dalam Na + konsentrasi dan volume darah. Aldosteron mengurangi Na + (dan Cl -) eliminasi dengan membantu dalam reabsorpsi aktif dari nephric filtrat dengan bertindak lebih dari tubulus distal dan tubulus convulated mengumpulkan.. Ini mempromosikan K + eliminasi dan mengurangi kehilangan air. Jadi aldosteron menjaga keseimbangan elektrolit.
3.            Hormone ovarium (estrogen dan progesteron)
disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormone dari kelenjar hipofisis
-          Estrogen : alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
                  Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran.
-          Progesteron : metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid)
4.            Prostaglandin
      Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
            Ada satu prostaglandin tertentu yang memang berperan dalam saluran seksual laki-laki, prostaglandin E1. Hal ini dipasarkan dengan nama Caverject (alprostadil) sebagai pengobatan untuk disfungsi ereksi. Dalam kata-kata peneliti medis A. Lea: "Intracavernous alprostadil (sintetik prostaglandin E1) adalah agen vasodilatasi yang bertindak dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum dan dengan meningkatkan diameter arteri gua, hal ini menyebabkan ereksi."

Misoprostol adalah analog sintetik prostaglandin E1 (PGE1) Seperti PGE1 endogen, memberikan suatu efek perlindungan pada mukosa pencernaan dengan meningkatkan lendir dan sekresi ion bikarbonat dan dengan meningkatkan aliran darah mukosa. 

                  Prostaglandin biasanya disebut oleh huruf dan angka: A1, A2 ... E1, E2 ... Mereka diberi nama oleh kesamaan kimia, bukan oleh kesamaan efek fisiologis. Prostaglandin E2, misalnya, tidak ada hubungannya dengan ereksi organ seksual laki-laki. Fungsinya adalah dalam menyebabkan sakit tenaga kerja dengan merangsang kontraksi, dan ini merupakan agen farmasi penting dalam OB.
                  Untuk beberapa prostaglandin, itu membuat perbedaan yang cukup apa yang kita makan, atau lebih tepatnya, apa yang kita makan lemak. Pada umumnya, asam lemak omega-6 seperti yang ditemukan dalam daging dan minyak nabati yang paling merangsang produksi prostaglandin inflamasi, sedangkan konsumsi omega-3 asam lemak merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Untuk alasan ini, asam lemak laut seperti minyak ikan cod telah lama dikenal untuk memperbaiki kondisi rematik dan rematik. benih Lena, evening primrose oil, minyak borage dan minyak canola adalah produk tanaman merangsang produksi prostaglandin anti-inflamasi. Evening primrose oil Oleh karena itu digunakan oleh perempuan untuk mengatur rasa sakit menstruasi yang disebabkan oleh kontraksi-memfasilitasi prostaglandin.
5.            Gukokortikoidtid
                  Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium ( Frandson, 2003)
      Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal 
                  Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula).
                  Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.
                  Apabila kita terkejut/takut anak ginjal memproduksi hormon adrenalin yang mengakibatkan denyut jantung meningkat.
                  Hipofungsi kelenjar adrenal mengakibatkan penyakit addison dengan gejala timbul kelelahan, berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, dan meningkatnya pigmen melanin. Sedangkan hiperfungsi adrenal menyebabkan tumor kelenjar adrenal dengan akibat penyakit “Sindrom Cushing” dengan gejala : badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti bulan purnama, punuk lembu di punggung dan perutnya menggantung. Selain itu, kulit wajah memerah, hipertensi dan ketahanan terhadap stres menurun.
Hormon dan fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal, yaitu :
Bagian Korteks Menghasilkan :
1.      Hormon glukokortikoid (kortikosteroid/kortison) 
                  Fungsinya menurunkan metabolisme hidrat arang dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, mengurangi kekebalan.
2.      Hormon Prolaktin
      Hormon prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu dan dua hormon ganadotropin.
TANDA GAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI SISA METABOLISME DAN PENCERNAAN
Tanda gangguan eliminasi urine:
a.       Retensi urine
o   Ketidak nyamanan daerah pubis
o   Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
o   Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
o   Meningkatnya keinginan untuk berkemih dan resah
o   Ketidaksanggupan untuk berkemih
b.      Inkontinensia urine
o   Pasien tidak dapat menahan keinginan untuk BAK sebelum sampai di
o   WC
o   Pasien sering mengompol
Tanda gangguan eliminasi fekal :
A. Konstipasi
o   Menurunnya frekuensi BAB
o   Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
o   Nyeri rektum
B. Impaction
o   Tidak BAB
o   Anoreksia
o   Kembung/kram
o   Nyeri rektum
C. Diare
o   BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak terbentuk
o   Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
o   Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa
o   Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
o   menahan
D. Inkontinensia Fekal
o   Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
o   BAB encer dan jumlahnya banyak
E. Flatulens
o   Menumpuknya gas pada lumen intestinal
o   Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram
o   Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
F. Hemoroid
o   Pembengkakan vena pada dinding rektum
o   Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
o   Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
o   Nyeri 

      PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI
Proses keperawatan eliminasi urin
2.1 PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a.          Pola Berkemih
b.         Gejala dari perubahan berkemih
c.          Faktor yang mempengaruhi berkemih
2. Pemeriksa Fisik
a. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi kandungan kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b. Genitalia Wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, dan keadaan atrofi jaringan vagina.
c. Genitalia Laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, dan adanya pembesaran skrotum.
3. Intake dan output cairan
a)      Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam)
b)      Kebiasaan minum di rumah
c)      Intake: cairan infus, oral, makanan, NGT
d)     Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan
e)      Output urine dari urinal, kantong urine, drainase ureterostomi, dan sistostomi
f)       Karakteristik urine: warna, kejernihan, bau, dan kepekatan
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan urine (urinalisis):
o   Warna (N: jernih kekuningan)
o   Penampilan (N: jernih)
o   Bau (N: beraroma)
o   pH (N: 4,5-8,0)
o   Berat jenis (N: 1,005-1,030)
o   Glukosa (N: negatif)
o   Keton (N: kuman pentagon negatif)


b. Kultur urine (N: kuman pantogrn negatif)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia
Defisini: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine.
Kemungkinan berhubungan dengan:
o   Gangguan neuromuskular
o   Spasme kandung kemih
o   Trauma pelvis
o   Infeksi saluran kemih
o   Trauma medulla spinalis
Kemungkinan data yang ditemukan:
a.       Inkontinensia
b.      Keinginan berkemih yang segera
c.       Sering ke toilet
d.      Menghindari minum
e.       Spasme kandung kemih
f.       Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml
Tujuan yang diharapkan:
a.       Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
b.      Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine
c.       Klien berkemih dalam keadaan rileks
2. Retensi urine
Definisi: kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
Kemungkinan yang berhubungan dengan:
a.       Obstruksi mekanik
b.      Pembesaran prostat
c.       Kanker
d.      Pembedahan
e.       Kehamilan
Kemungkinan data yang ditemukan:
a.       Tidak tuntasnya pengeluaran urine
b.      Distensi kandung kemih
c.       Hipertrofi prostat
d.      Kanker
e.       Infeksi saluran kemih
f.       Pembedahan besar abdomen
Tujuan yang diharapkan:
a.       Pasien dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih setiap 4 jam
b.      Tanja dan gejala retensi urine tidak ada
PERENCANAAN KEPERAWATAN
a.       Memberikan intake cairan secara tepat, Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema cairannya dibatasi.
b.      Memastikan keseimbangan intake dan output cairan, mengukur intake dan output cairan. Jumlah caiaran yang masuk dan keluar dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui kesimbangan cairan.
c.       Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
d.      Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
e.       Mencegah kerusakan kulit.
f.       Membantu pasien mempertahankan posisi normal untuk berkemih.
g.      Memberikan kebebasan untuk pasien.
h.      Mencegah infeksi saluran kemih.
i.        Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air kecil Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
j.        Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional.
k.      Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur dengan posisi fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu memberi pispot/urinal).
l.        Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
a.       Monitor/observasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia
b.      Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
c.       Monitor terus perubahan retensi urine
d.      Lakukan kateterisasi urine
Inkontinensia dorongan
6.            Pertahankan hidrasi secara optimal
7.            Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan
8.            Ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa)
9.            Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi
10.        Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
11.        Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
Inkontinensia total
12.        Pertahankan jumlah cairan dan berkemih
13.        Rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi
14.        Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter indweeling
Inkontinensia stress
Kurangi faktor penyebab seperti :
1.      Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
1.      Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan
2.      Untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kali dan lakukan 4 kali sehari
2.      Meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
o   Latih untuk menghindari duduk lama
o   Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam
Inkontinensia fungsional
Ajarkan teknik merangsang refleks berkemih, dengan berkemih seperti :
mekanisme supra pubis kutaneus
1.  Ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang
2.  Anjurkan pasien untuk :
a.              Posisi setengah duduk
b.              Mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali setiap detik
c.              Gunakan sarung tangan
d.             Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil
e.              Lakukan hingga aliran baik
f.               Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong
g.              Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan
3.   Apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1 menit di antara setiap kegiatan
a.              Tekan gland penis
b.              Pukul perut di atas ligamen inguinalis
c.              Tekan paha bagian dalam
4.  Catat jumlah asupan dan pengeluaran
Jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu
Inkontinensia Fungsional
1. Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
a.              Pertahakan hidrasi optimal dengan cara
b.              Pertahankan nutrisi yang adekuat
c.              Tingkatkan intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).
d.             Tingkatkan integritas kulit
e.              Tingkatkan higiene perseorangan
2.  Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa, darah dalam urine dan perubahan warna
3.  Ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah
Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)
Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut antara lain : pengambilan urine biasa, pengambilan urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
15.        Pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan.
16.        Pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau fungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
            Pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
17.        botol penampung beserta penutup
18.        etiket khusus
Prosedur Kerja
o   Mencuci tangan
o   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
o   Bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
o   Bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurkan pasien untuk BAK dan anjurkan untuk menampung urine ke dalam botol
o   Catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
o   Cuci tangan
Menolong pasien untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
            Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri di kamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah).
Alat dan bahan :
19.        urinal
20.        pengalas
21.        tisu
Prosedur Kerja
22.        Cuci tangan
23.        Jelaskan prosedur pada pasien
24.        Pasang alas urinal di bawah glutea
25.        Lepas pakaian bawah pasien
26.        Pasang urinal di bawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
27.        Anjurkan pasien untuk berkemih
28.        Setelah selesai, rapikan alat
29.        Cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine
Melakukan kateterisasi
Indikasi :
Tipe Intermitten
d.      Tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi
e.       Retensi akut setelah trauma uretra
f.       Tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesic
g.      Cedera pada tulang belakang
h.      Degenerasi neuromuskular secara progresif
i.        Pengeluaran urine residual
Tipe Indwelling
v  Obstruksi aliran urine
v  Pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya
v  Obstruksi uretra
v  Inkontinensia dan disorientasi berat
Alat dan bahan
1.            Sarung tangan steril
2.            Kateter steril (sesuai dengan ukurannya dan jenis)
3.            Duk steril
4.            Minyak pelumas/ gel
5.            Larutan pembersih antiseptic
6.            Spuit yang berisi cairan
7.            Perlak dan alasnya
8.            Pinset anatomi
9.            Bengkok
10.        Urinal bag
11.        Sampiran
Prosedur Kerja
Untuk  pasien pria :
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Atur ruangan/pasang sampiran
d.      Pasang perlak/alas
e.       Gunakan sarung steril
f.       Pasang duk steril
g.      Pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikt
2.      ke pangkalnya dan bersihkan dengan kapas savlon
a.       Beri gel pada ujung kateter, lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan
3.      untuk tarik napas
a.       Jika tertahan, jangan dipaksa
b.      Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades
c.       Sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah paha
d.      Rapikan alat
e.       Cuci tangan
Untuk pasien wanita :
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Atur ruangan
d.      Pasang perlak/alas
e.       Gunakan sarung tangan steril
f.       Pasang duk steril
g.      Bersihkan vulva kapas savlon dari atas ke bawah
h.      Buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam
i.        Beri gel pada ujung kateter lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan tarik napas, hingga urine keluar
j.        Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunakan spoit
k.      Sambung kateter dengan urine bag dan fiksasi ke arah samping
l.        Rapikan alat
m.    Cuci tangan
Menggunakan kondom kateter
            Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan kondom kateter pada pasien yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasien dapat berkemih dan mempertahankannya.
Alat dan bahan :
12.        Sarung tangan
13.        Air sabun
14.        Pengalas
15.        Kondom kateter
16.        Urinal bag
17.        Sampiran


Prosedur kerja
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur pada klien
c.       Atur ruangan/pasang sampiran
d.      Pasang perlak/alas
e.       Gunakan sarung tangan
f.       Atur posisi klien dengan terlentang
g.      Bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan
h.      Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom
i.        Letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
j.        Hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag
k.      Rapikan alat
l.        Cuci tangan
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
o   Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter
o   Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya
o   distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
o   Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar.
o   Mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering
o   Memberikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya dysuria tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang
o   Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih
Menjelaskan Konsep Pencernaan Normal Dan Eliminasi Fekal
            Saluran gastrointestiral ( GI ) merupakan serangkaian organ muscular berongga yang dilapisi oleh membrane mukosa ( selaput lendir ). Tujuan kerja organ ini ialah mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk diabsorpsi dan digunakan oleh sel – sel tubuh, serta menyediakan tempat penyimpanan fese sementara. Fungsi utama system GI adalah membuat keseimbangan cairan. GI juga menerima banyak sekresi dari organ – organ, seperti kandung empedu dan pancreas. Setiap kondisi yang secara serius mengganggu absorpsi atau sekresi normal cairan GI, dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan.
Organ – organ saluran gastrointestinal :
Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :
Mulut 
            Saluran GI secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan bentuk yang sesuai. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan bahwa masa atau bolus makanan mencapai daerah absorpsi nutrisi dengan aman dan efektif. Gigi mengunyah makanan, memecahkan menjadi berukuran yang dapat di telan. Sekresi saliva mengandung enzim, seperti ptyalin, yang mengawali pencernaan unsure – unsure makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan di dalam mulut sehingga lebih mudah ditelan.
Esophagus 
            Begitu makanan memasuki bagian atas esophagus, makanan berjalan melalui otot sirkular, yang mencegah udara memasuki esophagus dan makanan mengalami refluks ( bergerak ke belakang ) kembali ke tenggorokan. Bolus makanan menelusuri esophagus yang panjangnya kira – kira 25 cm. makanan didorong oleh gerakan peristaltic lambat yang dihasilkan oleh kontraksi involunter dan relaksasi otot halus secara bergantian. Pada saat bagian esophagus berkontraksi di atas bolus makanan, otot sirkular di bawah ( atau di depan ) bolus berelaksasi. Kontraksi – kontraksi otot halus yang saling bergantian ini mendorong makanan menuju gelombang berikutnya.
            Dalam 15 detik, bolus makanan bergerak menuruni esophagus dan mencapai sfingter esophagus bagian bawah. Sfingter esophagus bagian bawah terletak di antara esophagus dan lambung. Factor – factor yang mempengaruhi tekanan sfingter esophagus bagian bawah meliputi antacid, yang meminimalkan refluks, dan nikotin serta makanan berlemak, yang meningkatkan refluks.
Lambung 
            Di dalam lambung, makanan disimpan untuk sementara dan secara mekanis dan kimiawi dipecahkan untuk dicerna dan diabsorpsi. Lambung menyekresi asam hidroklorida ( HCL ), lendir, enzim pepsin, dan factor intrinsic. Konsentrasi HCL mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam – basa tubuh. HCL membantu mencampur dan memecahkan makanan di lambung. Lendir melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktivitasenzim. Pepsin mencerna protein, walaupun tidak banyak pencernaan yang berlangsung di lambung. Factor intrinsik adalah komponen penting yang dibutuhkan untuk absopsi viatamin B12 di dalam usus dan selanjutnya untuk pembentukan sel darah merah normal. Kekurangan factor intrinsic ini mengakibatkan anemia dan pernisiosa.
            Sebelum makan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi materi semicair yang disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada makanan padat. Klien yang sebagian lambungnya diangkat atau yang memiliki pengosongan lambung yang cepat ( seperti pada gastritis ) dapat mengalami masalah pencernaan yang serius karena makanan tidak dipecah menjadi kimus.
3. Usus Halus
            Selama proses pencernaan normal. Kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus. Usus halus merupakan sebuah saluran dengan diameter sekitar 2.5 cm dan panjang 6 m. Usus halus dibagi mkenjadi 3 bagian : duodenum, jejunum, dan ileum. Kimus bercampur dengan enzim – enzim pencernaan ( missal : empedu dan amylase ) saat berjalan memalui usus halus. Segmentasi ( kontrasi dan relaksasi otot halus secara bergantian ) mengaduk kimus, memecahkan makanan lebih lanjut untuk dicerna. Pada saat kimus bercampur, gerakan peristaltic berikutnya sementara berhenti sehingga memungkinkan absorpsi. Kimus berjalan perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan absorpsi.
            Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi di dalam usus halus. Enzim dari pancreas ( missal : amylase ) dan empedu dari kandungan empedu dilepaskan ke dalam duodenum. Enzim di dalam usus halus memecahkan lemak, protein, dan karbohidrat menjadi unsure – unsur dasar. Nutrisi hampir seluruhnya diabsorbsioleh duodenum dan jejunum. Ileum mengabsorpsi vitamin – vitamin tertentu, zat besi, dan garam empedu. Apabila fungsi ileum terganggu, proses pencernaan akan mengalami perubahan besar. Inflamasi, reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu peristaltic, mengurangi area absorpsi, atau menghambat aliran kimus.
4.      Usus Besar
            Saluran GL bagian bawah disebut usus besar ( kolon ) karena ukuran diameternya lebih besar daripada usus halus. Namun, panjangnya, yakni 1,5 sampai 1,8 m jauh lebih pendek. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Usus besar merupakan utama dalam eliminasi fekal.
a)      Sekum 
Kimus yang tidak diabsorpsi memasuki sekum melalui katup ileosekal. Katup ini merupakan lapisan otot sirkulat yang mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus.

b)     Kolon
            Walaupun kimus yang berair memasuki kolon, volume air menurum saat kimus bergerak di sepanjang kolon. Kolon dibagi menjadi kolon asendens, kolon transversal, kolon desenden, kolon sigmoid. Kolon dibangun oleh jaringan otot, yang memungkinkannya menampung dan mengeliminasi produk buangan dalam jumlah besar. Kolon memiliki empat fungsi yang saling berkaitan : absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
c)      Rectum
            Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid, disebut feses. Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi. Rectum merupakan bagian akhir pada saluran GL. Panjang rectum bervariasi menurut usia :
·         Bayi 2,5 sampai 3,8 cm
·         Toddler 5 cm
·         Prasekolah 7,5 cm
·         Anak usia sekolah 10 cm
·         Dewasa 15 sampai 20 cm
            Dalam kondisi normal, rectum tidak berisi feses sampai defekasi. Rectum dibangun oleh lipatan – lipatan jaringan vertical dan transversal. Setiap lipatan vertical berisi sebuah arteri dan lebih dari satu vena. Apabila vena menjadi distensi akibat tekanan selama mengedan, maka terbentuk hemoroid. Hemoroid dapat membuat proses defekasi terasa nyeri. Apabila masa feses atau gas bergerak kedalam rectum untuk membuat dindingnya berdisensi, maka proses defekasi dimulai. Proses ini melibatkan control voluntary dan control involunter. Sfingter interna adalah sebuah otot polos ynag di persarafi oleh system saraf otonom. 
            Saat sfingter interna relaksasi sfingter eksterna juga relaksasi. Orang dewasa dan anak – anak yang sudah menjalani toilet training ( latihan defekasi ) dapat mengontrol sfingter eksterna secara volunteer ( sadar ). Tekanan untuk mengeluarkan feses dapat dilakukan dengan meningkatkan tekanan intraabdomen atau melakukan valsava maneuver. Maneuver valsava ialah kontraksi volunter otot – otot abdomen saat indivudu mengeluarkan nafas secara paksa, sementara glottis menutup (menahan napas saat mengedan).
 ctum
            Produk buangan yang mencapai bagian kolon sigmoid, disebut feses. Sigmoid menyimpan feses sampai beberapa saat sebelum defekasi. Rectum merupakan bagian akhir pada saluran GL. Panjang rectum bervariasi menurut usia :
  • ·         Bayi 2,5 sampai 3,8 cm
  • ·         Toddler 5 cm
  • ·         Prasekolah 7,5 cm
  • ·         Anak usia sekolah 10 cm
  • ·         Dewasa 15 sampai 20 cm

            Dalam kondisi normal, rectum tidak berisi feses sampai defekasi. Rectum dibangun oleh lipatan – lipatan jaringan vertical dan transversal. Setiap lipatan vertical berisi sebuah arteri dan lebih dari satu vena. Apabila vena menjadi distensi akibat tekanan selama mengedan, maka terbentuk hemoroid. Hemoroid dapat membuat proses defekasi terasa nyeri. Apabila masa feses atau gas bergerak kedalam rectum untuk membuat dindingnya berdisensi, maka proses defekasi dimulai. Proses ini melibatkan control voluntary dan control involunter. Sfingter interna adalah sebuah otot polos ynag di persarafi oleh system saraf otonom. 
            Saat sfingter interna relaksasi sfingter eksterna juga relaksasi. Orang dewasa dan anak – anak yang sudah menjalani toilet training ( latihan defekasi ) dapat mengontrol sfingter eksterna secara volunteer ( sadar ). Tekanan untuk mengeluarkan feses dapat dilakukan dengan meningkatkan tekanan intraabdomen atau melakukan valsava maneuver. Maneuver valsava ialah kontraksi volunter otot – otot abdomen saat indivudu mengeluarkan nafas secara paksa, sementara glottis menutup (menahan napas saat mengedan).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar